’Kuning!’’....   Seorang anak berseru tanpa ragu-ragu. Tebakannya tak meleset, kertas yang ada di  hadapannya memang berwarna kuning. Apakah menebak warna dengan benar masih  begitu istimewa bagi anak berusia 8 tahun? Bukankah hal serupa juga mudah  dilakukan teman-teman sebayanya?
Tidak jika ia menebak dengan mata tertutup. Ya, bukan sulap bukan sihir, dengan  kondisi mata tertutup, seorang anak dapat menebak warna dengan benar, bahkan  berkemungkinan mengetahui isi dompet tanpa membukanya sama sekali.
Aktivasi otak tengah. Itulah yang sekarang menjadi perbincangan ramai. Di  Indonesia, fenomena ini memang baru dimulai tahun 2009 lalu, dan geliatnya makin  terasa hingga kini.  Bahkan di Semarang, lembaga-lembaga pelatihan otak tengah  tak pernah sepi peminat meski para orang tua yang ingin anaknya diaktivasi harus  mengeluarkan kocek yang tak sedikit.
‘’Aktivasi otak tengah ‘kan banyak manfaatnya. Lagi pula, saya ingin anak saya  berhasil dalam kehidupannya. Jadi, keluar uang banyak tak masalah.’’ Itulah  pengakuan Rizki (34), pemilik dealer motor di kawasan Cibitung, Jakarta.
Rizki melihat banyak manfaat setelah anaknya mengikuti pelatihan aktivasi otak  tengah. Selaih lebih percaya diri saat bergaul dengan teman-temannya, sang anak  juga cenderung mengalami peningkatan dalam kemampuan akademis.
‘’Walaupun tidak sampai bisa melihat dengan mata tertutup, tapi anak saya  sekarang lebih kritis bertanya, mudah memahami pelajaran, dan percaya diri.’’
Lain lagi pengalaman Antika (29). Putra sulungnya, Rafa (6), bisa membedakan  warna dan menyebut benda-benda dengan kondisi mata tertutup. ‘’Rasanya seperti  sulap. Tapi ini ‘kan ilmiah. Anak saya bisa melihat dan berjalan tanpa menabrak  dengan mata tertutup. Padahal pelatihannya hanya 2 hari.’’
Apa yang dialami buah hati Rizki atau Antika, memang terkesan mistis dan sukar  dinalar menggunakan logika. Namun, menurut pengaktivasi otak tengah Andy Maipa  Dewandaru (25), hal itu memang bisa saja terjadi dan sangat ilmiah.
‘’Sebenarnya aktivasi otak tengah bukan hal baru. Jepang bahkan sudah  memanfaatkannya sejak 40 tahun lalu. Orang-orang zaman dulu juga relatif mudah  teraktivasi secara alamiah. Tetapi, untuk kondisi seperti sekarang, orang  cenderung sulit teraktivasi secara alami karena banyaknya kelimpahan cahaya dan  suara.’’
Menurut salah satu pemelopor masuknya pelatihan aktivasi otak tengah di Semarang  ini, otak tengah merupakan penerima dan pemancar sensorik yang juga memiliki  fungsi kendali motorik dan fungsi endokrin. Jika sebelumnya hanya dikenal  istilah otak kanan dan otak kiri, maka otak tengah diangap sebagai jembatan yang  menghubungkan otak kiri-kanan.
‘’Jembatan itu akan membuat seseorang bisa memaksimalkan fungsi otak kiri dan  kanan secara seimbang. Jadi, tidak mengherankan, akan muncul anak-anak yang  jenius karena bisa memaksimalkan logika dan imajinasi sekaligus.’’ Tutur  pemegang sertifikat hipnoterapi ini mantap.
Lalu, kenapa bisa melihat dengan mata tertutup? Ternyata, hal ini berkaitan erat  dengan fungsi otak tengah sebagai penerima dan pemancar sensor indera. Setelah  diaktivasi, anak-anak cenderung memiliki kepekaan indera. ‘’Jadi, dengan mata  tertutup, anak-anak dapat mengenali warna dari penciuman, pendengaran, atau  perabaan. Bahkan dalam beberapa kasus, ternyata ada anak yang memiliki kepekaan  indera perasa (lidah) yang kuat.’’
Proses aktivasi tak memakan waktu lama. Hanya beberapa menit mendengarkan audio  dari alat bernama brain wave generator, yang memancarkan bebunyian gelombang  alfa. Setelah itu, trainer akan melanjutkannya dengan sesi NLP (neuro linguistic  program).
‘’Karena anak-anak perlu diberi motivasi. Tidak cuma diaktivasi. Jadi, ibaratnya  kita menyediakan jalan tol dan mobil balap. Bagaimana supaya anak mau melaju,  itu tergantung pada motivasi dan kemampuan masing-masing anak.’’ Tutur Andi  Maipa.
Setelah diaktivasi, manfaat yang bisa dinikmati antara lain; konsentrasi dan  kreativitas meningkat, lebih cerdas, lebih percaya diri, mudah memunculkan bakat,  emosi relatif stabil, membentuk karakter positif, dan lebih berprestasi.  Sayangnya, otak tengah hanya bisa diaktivasi pada anak-anak usia 5 sampai 15  tahun.
Seandainya anak-anak Indonesia bisa mendapatkan akses aktivasi otak tengah  dengan lebih mudah dan murah, barangkali impian tentang negara maju dan disegani  dunia bukan lagi angan-angan yang mengada-ada. (Anggrahini KD)
***  sumber
Thursday, May 13, 2010
Cerdas dengan Otak Tengah?
Posted by Adj Or at Thursday, May 13, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)








0 comments:
Post a Comment